Senin, 21 Desember 2009

STUDI PENGGUNAAN OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER OVARIUM (Penelitian Dilakukan Pada Pasien Instalasi Rawat Inap RSAL Dr. Ramelan Surabaya)

RINGKASAN

STUDI PENGGUNAAN OBAT KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER OVARIUM

(Penelitian Dilakukan Pada Pasien Instalasi Rawat Inap

RSAL Dr. Ramelan Surabaya)

Dina Ratna Juwita

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada wanita. Kanker ovarium dibagi menjadi Coelomic Epithelial Origin (CEO), Germ Cell Origin (GCO), dan Gonadal-Stromal Origin. Pengobatan kanker ovarium dapat bersifat kuratif atau paliatif tergantung dari stadium kanker itu, yaitu operasi, radiasi kemoterapi atau kombinasi cara-cara tersebut. Pada penderita kanker ovarium stadium lanjut, terutama yang telah mengalami metastase, pada umumnya lebih diutamakan pengobatan menggunakan agen kemoterapi, untuk mengurangi gejala dan memperpanjang lama hidup pasien. Pada penggunaan kemoterapi perlu diperhatikan efek samping yang ditimbulkan pada organ atau sistem tubuh, antara lain mual muntah, mielosupresi dan alopecia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan kemoterapi pasien kanker ovarium dan mempelajari keterkaitan terapi obat yang diberikan dengan data laboratorium dan data klinis serta pedoman yang ada. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data DMK pasien pada tanggal 1 Januari 2007 - 31 Desember 2008.

Didapat 25 pasien dengan data demografi menunjukkan distribusi usia <40> 60 tahun 3 pasien (12 %). Faktor resiko kanker ovarium adalah usia 40-79 pada 17 pasien (68%) , riwayat keluarga pada 1 pasien (4%), gangguan fertilitas pada 2 pasien (8%) dan 5 pasien (20%) tidak diketahui.

Jenis kanker ovarium terbanyak adalah CEO sebanyak 13 pasien (52%) dan stadium IIIC memiliki prevalensi tertinggi (28%). Kombinasi kemoterapi yang paling banyak digunakan adalah kombinasi Cisplatin-Cyclophosphamide pada 9 pasien (47,4%) kemudian Carboplatin-Paclitaxel pada 7 pasien (36,8%).

Terapi untuk mencegah efek samping kemoterapi telah diberikan kepada seluruh pasien yaitu menggunakan Metoklopramid, Ondansetron, dan Domperidon sebagai antiemetik; kortikosteroid (Dexamethasone) untuk mencegah reaksi alergi dan sebagai anti mual dan muntah. Terapi lain yang diterima pasien berdasarkan gejala dan komplikasi yang menyertai. Penatalaksanaan kemoterapi telah sesuai dengan pedoman yang ada.

Dari penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Diperlukan dilakukannya konseling oleh farmasis kepada pasien agar melakukan kemoterapi secara kontinyu untuk mendapatkan hasil yang optimal (2) Perlu diperhatikan luas permukaan tubuh pasien dalam pemberian dosis kemoterapi agar didapat dosis yang tepat (3) Diperlukan pemeriksaan tumor marker sebelum dan sesudah terapi agar diketahui outcome therapy yang didapat (4) Diperlukan pencatatan Dokumen Medik Kesehatan pasien secara tepat, jelas dan akurat untuk memudahkan monitoring keadaan pasien.